Kisah Lukmanul Hakim Dan Putranya

Pada suatu hari, Lukman Hakim memerintahkan anaknya yang dicintainya untuk mengambil seekor keledai. Sang anak memenuhi dan membawanya ke hariban sang ayah. Lukman menaiki keledai itu dan memerintahkan anaknya untuk menuntun keledai. Maka perjalanan pun dimulai. Keduanya berjalan melintasi perbukitan dan tanah-tanah tandus. Hingga suatu ketika mereka berdua melintasi kerumunan orang-orang banyak. Orang-orang yang menaksikan Lukman dan anaknya yang sedang melakukan perjalanan seperti merasa suatu hal yang aneh. Mereka saling mencibir dan berbisik-bisik.

Tiba-tiba seorang berteriak, lalu diikuti oleh kerumunan yang lain, "Anak kecil itu berjalan kaki, sedangkan orang-tuanya nangkring diatas keledai, alangkah kejam dan kasarnya ia. "lalu seorang berteria, "Hai, Lelaki tua tidak tahu diri! Kau biarkan dirimu naik diatas keledai sementara kau biarkan anakmu lelah lagi kepanasan. Lukman menghentikan keledainya. Lalu Lukman bertanya kepada anaknya, “Bagaimana tanggapan orang-orang wahai anakku? Lalu dengan sopan dan berbudi, si anak menyampaikan apa yang dikatakan oleh kerumunan orang-orang tersebut.

Kemudian Lukman turun menuntun keledai. Sang anak ganti menaiki keledai. Keduanya lalu berjalan melewati keramaian di tempat lain. Tiba-tiba mereka mencemooh sang anak seraya berkata, “Anak muda itu menaiki keledai, sedangkan orang tuanya berjalan kaki, alangkah jelek dan kurang ajar sang anak.” Lukman bertanya kepada anaknya, “Bagaimana tanggapan orang-orang wahai anakku?” Sang anak menyampaikan tanggapan mereka.

Kemudian Lukman dan anaknya sama-sama menaiki keledai berboncengan. Keduanya melewati keramaian di tempat lain, tiba-tiba orang-orang mencerca keduanya seraya berkata, “Betapa kejam kedua orang itu, merka menaiki seekor keledai, padahal mereka tidak sakit, dan tidak pula lemah.” Lukman bertanya kepada orang-orang, “Bagaimana tanggapan orang-orang wahai anakku?” Sang anak menyampaikan tanggapan mereka.

Akhirnya Lukman dan anaknya turun dari keledai. Keduanya berjalan turun dari keledai. Keduanya berjalan kaki sambil menuntutnya melewati keramaian di tempat lain. Tiba-tiba orang-orang mengecam seraya berkata, “Subhanallah…… seekor himar yang sehat dan kuat berjalan? Sementara kedua orang itu menuntunnya, alangkah baiknya jika salah satu dar mereka menaikinya.” Lukman bertanya kepada anaknya,” “Bagaimana tanggapan orang-orang wahai anakku?” Sang anak kembali menyampaikan tanggapan mereka.

Akhirnya Lukman pulang kembali ke rumah. Dalam perjalanan pulang, Lukman Hakim menasehati anaknya tentang sikap manusia, katanya, “Sesungguhnya tiada terlepas seseorang itu dari percakapan manusia. Maka orang-orang berakal tiadalah dia mengambil pertimbangan melainkan kepada Allah SWT saja. Barang siapa mengenal kebenaran, itulah yang menjadi pertimbangannya dalam tiap-tiap satu.”

Kemudian Lukman Hakim berpesan kepada anaknya, katanya, “Wahai anakku, tuntutlah rezeki yang halal supaya kamu tidak menjadi fakir. Sesungguhnya tiadalah orang fakir itu melainkan tertimpa kepadanya tiga perkara, yaitu tipis keyakinannya (iman) tentang agamanya, lemah akalnya (mudah tertipu dan diperdayai), dan hilang kemulian hatinya (kepribadian), dan lebih celaka lagi daripada tiga perkara itu, ialah orang-orang yang suka merendah-rendahkan dan meringan-ringankannya.

Kemudian Lukman menesehati anaknya: “Wahai anakku, bukankah aku telah berkata kepadamu, kerjakanlah pekerjaan yang membuat engkau menjadi saleh dan janganlah menghiraukan orang lain. Dengan peristiwa ini saya hanya ingin memberi pelajaran kepadamu.”


Sumber: Diataptasi dari, Luqmanul Hakim wa-Hikaamuhu, Ali bin Hasan al-Athas.
Bookmark and Share
Copyright © 2009 - Ponpes Nurul Fajar. All rights reserved. Powered by Blogger. Design and modified by Cyberlink Network - Otoy Silahoy