Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mendesak Mabes Polri mengusut kematian kontributor SUN TV (Grup MNC) saat menjalankan tugas liputan di Tual, Maluku Tenggara.
"Kami mendesak Mabes Polri untuk mengusut tuntas dan melakukan investigasi terkait peristiwa tersebut," kata anggota Badan Komunikasi dan Publikasi PBNU, M. Nabil Haroen, di Surabaya, Minggu malam.
Menurut dia, persoalan itu menjadi tanggung jawab negara, dalam hal ini pihak kepolisian. "Polisi harus bertanggung jawab memberikan jaminan keselamatan dan keamanan kepada rakyat Indonesia," katanya.
Ia meminta Mabes Polri segera bertindak agar peristiwa yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dari kalangan insan pers yang menjalankan tugas liputan tidak terus terjadi.
"Belum lama ini jurnalis di Merauke juga meninggal dunia. Kami tak ingin tindak kekerasan yang menimpa kalangan pers terus terjadi," tuturnya.
Selain itu, PBNU melalui Badan Komunikasi dan Publikasi mengingatkan para pemilik industri media massa, baik cetak maupun elektronik, memberikan upah yang layak kepada para jurnalis.
"Bahkan, kalau perlu para jurnalis yang dipekerjakannya mendapatkan asuransi, sehingga jiwanya terlindungi," ujar Nabil menegaskan.
Demikian halnya kepada kalangan wartawan, dia mengingatkan agar menjunjung tinggi profesionalime dengan menaati Undang Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik.
Ridwan Salamun tewas saat meliput perkelahian antarkelompok masyarakat pada hari Sabtu (21/8) sekitar pukul 08.00 WIT.
Ia meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit akibat luka karena tebasan parang di kepalanya, dan kepala bagian belakang remuk terkena hantaman benda tumpul.
Saat itu, korban sedang meliput bentrokan antara warga Kompleks Banda Eli dan warga Dusun Mangun, Desa Fiditan, Kabupaten Tual. Peristiwa itu diduga terjadi akibat salah seorang kelompok warga bertikai menyabetkan parang ke kepala korban. (ant)
Menurut dia, persoalan itu menjadi tanggung jawab negara, dalam hal ini pihak kepolisian. "Polisi harus bertanggung jawab memberikan jaminan keselamatan dan keamanan kepada rakyat Indonesia," katanya.
Ia meminta Mabes Polri segera bertindak agar peristiwa yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dari kalangan insan pers yang menjalankan tugas liputan tidak terus terjadi.
"Belum lama ini jurnalis di Merauke juga meninggal dunia. Kami tak ingin tindak kekerasan yang menimpa kalangan pers terus terjadi," tuturnya.
Selain itu, PBNU melalui Badan Komunikasi dan Publikasi mengingatkan para pemilik industri media massa, baik cetak maupun elektronik, memberikan upah yang layak kepada para jurnalis.
"Bahkan, kalau perlu para jurnalis yang dipekerjakannya mendapatkan asuransi, sehingga jiwanya terlindungi," ujar Nabil menegaskan.
Demikian halnya kepada kalangan wartawan, dia mengingatkan agar menjunjung tinggi profesionalime dengan menaati Undang Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik.
Ridwan Salamun tewas saat meliput perkelahian antarkelompok masyarakat pada hari Sabtu (21/8) sekitar pukul 08.00 WIT.
Ia meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit akibat luka karena tebasan parang di kepalanya, dan kepala bagian belakang remuk terkena hantaman benda tumpul.
Saat itu, korban sedang meliput bentrokan antara warga Kompleks Banda Eli dan warga Dusun Mangun, Desa Fiditan, Kabupaten Tual. Peristiwa itu diduga terjadi akibat salah seorang kelompok warga bertikai menyabetkan parang ke kepala korban. (ant)
