Falsafah Bocah Angon

Dalam konsep kepemimpinan Jawa sering menggunakan idiom-idiom yang berlandaskan budaya Jawa, misalnya angon bebek (mengembala bebek) atau angon wedus (mengembala kambing). Posisi pengembala selalu di belakang binatang ternaknya. Ia mengikuti kemanapun hewannya asal pada tempat yang baik, tidak melenceng kemana-mana. Si pengembala rela mengikuti.

Kepemimpinan bocah angon tersebut diperkenalkan pertama kali oleh para Wali Allah dengan disosialisasikan dalam bentuk tembang Jawa, yakni Ilir-Ilir. Dalam tembang tersebut, tugas yang sedang diemban bocah angon adalah memanjatkan pohon belimbing yang bergigir lima. Gigir lima bisa kita artikan sebagai sila kelima Pancasila, bisa rukun Islam, yang jelas bukan mo-limo ; maling, madon, madat, mendem, dan main.

Dalam proses memanjat tersebut, "lunyu lunyu yo penekno". Selicin apapun harus kita panjat. Jatuh naik lagi, turun lagi, naik lagi, melorot lagi, naik lagi, hingga kita dapat meraih buah belimbing. Bocah angon itu boleh kita ibaratkan pemerintah. Untuk pemerintah, kita suruh penekno. Negara ini tanggung jawab mereka. Jika mereka tak sanggup ya lagu itu untuk kita, rakyat, berarti peneken. Panjatlah sendiri. Sementara upayakan kemandirian, jangan mengharap pada negara 100%, tergantung pada ekonomi makro. Saatnya kita bangun etos kerja dengan memaksimalkan potensi yang ada.

Lantas apa makna bocah angon? Bocah angon selalu berada di belakang. Ia rela dipimpin. Ia tidak rakus kekuasaan, rakyat biasa, Manusia yang mempunyai watak dan kebesaran jiwa sebagai manusia biasa, sehingga ia tidak berpenyakit jiwa apa-apa. Ia tidak iri manakala orang lain berkuasa. Bukan manusia kerdil, rakus, yang selalu ingin berkuasa.


Ciri bocah angon yang lain adalah pada habitat budaya anak gembala. Egaliter, bersahaja, siap tidur di bawah pohon, belepotan dengan lumpur. Bukan priyayi feodal, bukan anak manja yang sedikit-sedikit sakit, bukan hedonis, dan ambisius kekuasaan.

Tapi mungkin saat ini kita belum mempunyai bocah angon. Yang kita miliki sekarang bukan pengembala bebek, melainkan bebeknya.
Bookmark and Share
Copyright © 2009 - Ponpes Nurul Fajar. All rights reserved. Powered by Blogger. Design and modified by Cyberlink Network - Otoy Silahoy